Sampai detik ini saya belum berani berkomitmen ke perusahaan untuk menjadi pekerja penuh waktu – yaitu mereka-mereka yang bekerja 40 jam seminggu.
Terus terang koq saya tidak yakin saya akan sanggup ya? Sanggup untuk menjadi ‘super woman‘ atau ibu-ibu yang bekerja di luar rumah, dan tetap bisa mengatur waktu dengan baik : setiap hari masak makanan segar (bukan makanan beku) untuk keluarganya, menjaga rumah tetap rapi dan teratur, berolah raga,mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehari -hari, mendorong anak supaya berprestasi di sekolah, mengantar anak ke acara ini itu dan sebagainya.
Saya jujur saja kalau saya sungguh kagum ( dan tidak jarang iri) dengan banyak teman-teman Indonesia di Amerika yang saya kenal dan saya kategorikan sebagai super woman.
Well, sebetulnya tidak usah jauh-jauh, ibu saya dulu juga perempuan bekerja, beliau malah bekerja 2 pekerjaan. Tapi koq saya tidak merasa sanggup ya berlakoni seperti ibu.
Banyak hal yang membuat saya merasa tidak sanggup. Pertama saya tidak ada sanak keluarga di sini yang bisa saya minta tolong bantuannya untuk ikutan berbagi beban. Kedua, pasangan saya penganut ‘istri harus urus urusan rumah tangga’ titik. Sulit sekali meminta bantuan pasangan untuk ikutan mengerjakan urusan RT. Yang ada saya bisa stres tidak karuan (yang ujung-ujungnya jadi depresi) kalau saya mengharapkan bantuan dia. Ketiga, saya pada dasarnya ya pemalas dan anak manja, maunya semuanya diurusin orang. Keempat, saya sempat panik karena kehilangan ‘ingatan’ hari-hari anak saya saat dia berumur 2-3 tahun, meskipun saya hanya bekerja paruh waktu. Waktu terbang begitu saja, dan sungguh saya merasa ‘pahit’ dan ada rasa bersalah karena saya tidak selalu disisi si kecil selama ini.
Saat ini saya pilih untuk ‘menyerah’ dan realistis.
Menyerah dalam arti saya jujur katakan kepada diri sendiri kalau saya tidak (belum) sanggup untuk melakoni status super woman. Saya mencoba berpikir realistis akan keadaan saya. Sukur Alhamdulillah keluarga kami masih dicukupkan rejekinya, jadi kita masih bisa hidup dengan pemasukan suami. Biarlah saya tidak berkarir, tapi saya bisa punya waktu lebih untuk bersama anak saya.
Just because another woman can do it, does not mean I have to do it.
Because we are different, our limits are different, our condition is different.
I have to learn to accept myself and make the best out of it
pengen menginjakan kaki ke amrik jg min