Malaikat Nyinyir

Hari Rabu kemarin (10/16/2019) saya nangis sesegukan.Kenapa?Saya nangis pertama kali karena saya dikasih tahu komentar gak logis dari seseorang. Saya nangis karena saya gak ngerti kenapa orang yang tidak pernah tanya-tanya ke saya koq bisa-bisanya bilang sesuatu tentang saya yang bukan berdasarkan fakta. Saya nangis karena saya merasa capek hati sekali selalu digambarkan sebagai anak yang durhaka, saudara yang tidak tahu diri, kerabat yang hilang, entah dimana.Sementara saya sendiri tidak pernah ditanya apa kabar saya, bagaimana hidup saya disini, bagaimana anak saya.Saya bingung kenapa keharusan akan mengunjungi kerabat hanya dibebankan kepada saya? Apakah karena saya semata-mata yang tinggal di luar negeri? Padahal yang bertanya bukan orang miskin yang tinggal di gubuk 4×4, tapi banyak dari mereka yang paspornya juga sudah penuh dengan cap-cap negara-negara Eropa, Asia, Amerika.Kenapa mereka-mereka tidak pernah menawarkan mau mengunjungi saya di sini? Ngerti banget ya, saya kan cuma tinggal di kota Louisvillle, KY, bukan San Francisco, DC, Los Angeles, Seattle, Denver, Salt Lake City, Chicago, New York, Dallas, Orlando yang layak dikunjungi. #siapaelo #gakpentingMakanya memang saya ya pribadi tidak pernah minta dikunjungi , karena ya itu saya tahu diri dan untuk patokan saya , ongkos ke luar negeri itu besar secara saya sendiri tidak mampu dengan seenak jidatnya angkat koper, pesan tiket begitu saja – which , jangan salah ya, banyak koq teman-teman Indo di sini yang bisa seperti itu, karena mereka memang mampu, tapi bukan saya.Jangankan buat hura-hura, lari di Michigan Avenue di Chicago, untuk datang waktu ayah atau ibu meninggal saja saya cuma bisa gigit jari.(dan nangis saat tahu- yang coba saya rekam di video ya, tapi buat apa juga,karena tidak ada yang bisa bantu saya kan, secara saya bukan orang beken, gak mungkin lah bikin video viral di IG nangis2 trus ada yang nawarin tiket pulang, itu mah dream comes true banget)Capek nangis sepagian, saya coba konsentrasi ke kerja.Lalu, bel apartemen saya bunyi.Siapa ya? Rasanya saya tidak mengharapkan tamu?“Halo”“Hi. Uber eats here?”You must have wrong address, I did not order anything.”This is 10*** apartment 303?”Yes?”Bingung, saya turun ke bawah, buat kasih tahu si mbak Uber alamat yang benar….Pas sampai di bawah, mbak Uber kasih lihat saya orderannya….Astaga.Ternyata memang benar itu makanan untuk saya, kiriman teman saya di LA.Mbak Uber bilang “iya, ini kiriman teman kamu, dia bilang kamu lagi gak feeling well”Saya lagi-lagi nangis sesegukan, tapi kali ini karena saya terharu.Teman saya ini, Ida Ayu Yogeswary namanya, dia sama saya belum pernah ketemu muka sama sekali.Tapi entah gimana kita cocok saja, yang ada kita selalu cerita2 (more like saya selalu cerita-cerita), dia selalu kasih nasihat ke saya buat lihat sisi baik dari segala yang jelek-jelek yang saya hadapi.Dia pesankan saya makanan steak, komplit.Dia sengaja pesankan makanan ini pas tahu saya nangis dan tahu saya sedang sedih dari kemarin.Saya lagi-lagi bingung, ada ya orang seperti Ary yang saudara bukan, pernah ketemu saja belum, tapi tidak sungkan-sungkan memberi saya dukungan moral. Bilang ke saya kalau ‘You are going to be OK’ atau sekedar bilang ‘You are not alone“Saya bersyukur sekali saya bukan cuma kenal dengan Ary seorang, ada banyak Ary-Ary lain yang sudah membantu saya survived selama tinggal di Amerika. Teman-teman yang bawakan makanan waktu saya sakit bronchitis dan pneumonia, teman-teman yang adakan pembacaan Quran setelah orang tua saya wafat, teman-teman yang bantu saya waktu pindahan ke OH tanpa pasangan saya, teman-teman yang mengundang saya makan Thanksgiving bareng-bareng , teman-teman yang mengajak saya mencoba hal-hal baru, teman-teman yang menghubungi saya lewat pesan FB sekedar untuk bilang ‘Day, are you OK?”, teman-teman yang mengajak saya ketemuan baik di Jakarta maupun di Amrik, teman-teman yang dengan senang hati menghadiahkan anak saya saat dia ulang tahun jauh dari rumah.Hari itu emosi dan energi saya terkuras habis. Tapi saya tetap harus kerja di 2 tempat, tetap harus jemput anak di sekolah, tetap harus jadi ibu.Waktu jemput anak saya, saya bilang ke dia kalau saya sedang sedih.Dia tanya “Why do you care of what she said Mom?. You know what she is saying is not true”Saya selesaikan tulisan ini di hari berikutnya. Saya putuskan fokus hidup saya adalah untuk mereka-mereka yang memberikan energi positif untuk saya. Hidup terlalu singkat untuk para penyinyir-penyinyir yang merasa paling benar sendiri.

Silahkan anda pakai jaket malaikat anda, tapi coba berkaca dulu,

apa yang anda lihat di kepala anda?

Halo atau Tanduk Merah?

11 comments

  1. Turut berdukacita atas kepergian orangtuamu. Semoga mereka diberikan tempat terbaik di sisiNya. Amin.
    Btw, Kayaknya memang banyak orang yang gak punya empati dan gak mau belajar untuk memiliki empati, karena orientasinya hanya ada pada dirinya sendiri. Pagari aja perasaan kita terhadap orang-orang (seperti mereka).
    Kata orang, kita tersakiti karena sesungguhnya tanpa sadar kita memperbolehkan ucapan-ucapan orang lain yang negatif masuk ke pikiran dan ke hati, Memang tidak mudah, apalagi dalam situasi yang sangat fragile, tetapi pelan-pelan bisa dilatih. Selalu kuat ya…

  2. Haru…baca postingan kak Irus…jadi terkenang kehidupan saya beberapa tahun ke belakang… Malaikat akan mundur ngepo lagi tuh sepertinya..Karena jiwa yang tangguh ada di diri orang yg di kepo in…salam kenal mbak.

  3. halo mba, salam kenal,

    dan Tuhan gantikan semua itu dengan orang2 lain yg support di amrik, meski bukan keluarga sedarah 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s