Sewaktu Saya tinggal di Jakarta, Indonesia, pandangan Saya tuh tentang (orang) Amerika serba keren, pendidikan tinggi, gaya, karir tinggi, berpikiran luas, mandiri, petualang, mobilitas mudah, keluarga kecil, pokoknya oke lah.
Saya sendiri terbiasa dengan teman-teman di sekeliling Saya di Jakarta, ya rata-rata berpendidikan S1 bahkan meneruskan sekolah hingga S2, sibuk berkarir, lajang hingga umur 30 tahun adalah hal yang lazim. Ayah dan Ibu Saya kedua-duanya sarjana farmasi dan bekerja penuh waktu sejak kami kecil.
Terbiasa melihat Ibu-ibu rekan kerja yang kembali dari cuti hamil 3 bulan dan bekerja seperti biasa karena sudah ada ‘suster’.
Sampai di Amerika, Saya tinggal di kota cilik, tahun-tahun pertama Saya belum ‘ngeh’ dengan kesalahpahaman Saya, karena saat itu Saya murni ibu RT, jadi tidak banyak berteman dengan bule-bule lokal, sebagian teman-teman Saya adalah ibu-ibu RT dari berbagai negara di dunia.
Baru di tahun 2007 setelah Saya bekerja di department store di mal lambat laun Saya mulai berteman dengan bule-bule lokal.
Dari situlah Saya baru menyadari bahwa pandangan Saya tentang orang Amerika sungguh banyak ‘salah’nya.
Sebagian besar kenalan bule Saya hanya berpendidikan SMA dan mereka tidak berminat untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya. Mereka sudah terbiasa bekerja ‘serabutan’ dari umur 14 tahunan.
Hamil di usia muda adalah sangat biasa – dengan suami atau tanpa suami, dengan pekerjaan atau tanpa pekerjaan.
Berpandangan luas?
Sebagian besar dari mereka tidak pernah mendengar kata Indonesia, Islam, Ramadan.
Ada yang tanya ‘Di Indonesia itu ada penjara gak?’ Asli Saya bengong waktu ditanya seperti itu…..Ha…ha…ha…
Sebagian besar dari kenalan tidak pernah pergi keluar negara Amerika, jangankan ke luar negeri, banyak dari bule-bule ini tidak pernah keluar dari propinsi tempat mereka tinggal sepanjang hidupnya!
Hadweh??!
Anak sedikit? haiyaaaaaaaa…….salah besar pandangan Saya tentang hal ini!! Terus terang Saya takjub waktu pertama kali melihat ibu bule bersama 5 anaknya di supermarket setempat.
Dan meskipun orang-orang Amerika tidak tinggal dengan orang tua mereka seperti orang-orang Indonesia, tapi banyak dari mereka yang tetap mengandalkan bantuan orang tua / mertua atau kakek-nenek untuk menjaga anak-anak mereka.
Banyak dari mereka yang ‘tidak bisa (atau tidak mau) tinggal berjauhan dengan orang tua’. Contohnya kenalan di tempat kerja. Dia (perempuan) sudah menjadi bos salah satu bidang di institusi keuangan tempat Saya kerja. Tapi toh dia sempat bilang kalau ‘tidak mungkin dia pindah jauh-jauh dari orang tua/mertuanya’.
(Dalam hati Saya bilang ‘eh..ternyata Saya pemberani sekali ya??!! beribu-ribu mil jauh dari orang tua!)
Ibu-ibu Amerika banyak juga yang memilih menjadi ibu Rumah Tangga penuh dan tidak bekerja sama sekali.
Kota kecil di Amerika sama halnya dengan kota kecil di Indonesia. Tingkat pendidikan rendah, tingkat penghasilan rendah, anggota keluarga tinggi (alias banyak anak!!!).
Amerika seperti halnya Indonesia tidak semata-mata lebih super di segala bidang.
Tidak semua serba ‘wah’ dan canggih.
Seperti yang orang tua Saya ajarkan :
Contohlah yang baik, tinggalkan yang buruk….
Bagaimana ya cara jadi buruh imigran ke amerika. Saya pengiiin sekali. Saya tidak membutuhkan hal lain selain pekerjaan yg lebih baik.
Biar kata jadi sampah di amerika asal bisa mencukupi anak istri di rumah.. Why not?
Sudah browshing kesana kemari blm dapet cara yg tepat masuk ke amerika. Bantu tips nya ya bu..
loh pekerjaan baik kan bukan hanya di Amerika? Jangan gitu ah. Tidak selalu yang di Amerika itu lebih baik koq. Yang namanya pekerjaan baik itu bukan karena lokasi lah, karena kemampuan kita.