Tulisan saya kali ini mungkin akan mengundang kontraversi dari pembaca blog saya. Setelah menimbang-nimbang, saya putuskan untuk membuka diri tentang masalah yang saya alami dengan pasangan bule saya. Kenapa putuskan untuk blak-blakan di forum umum? Koq aib dibuka-buka sih? begitu mungkin pikiran teman-teman sekalian.
Saya buka aib karena saya mau pembaca belajar dari pengalaman saya.
Bukan rahasia lagi kalau budaya sebagian besar orang Amerika adalah mengkonsumsi alkohol. Ulang tahun ke 21 seseorang sering kali ditandai dengan pergi ke bar dan minum minuman beralkohol hingga mabok – karena di sini umur 21 adalah umur legal seseorang boleh mengkonsumsi minuman beralkohol.
Itu yang saya pikir di awal-awal waktu melihat kebiasaan pasangan mengkonsumsi alkohol.
Saya sendiri dibesarkan secara Islam, dimana mengkonsumsi miras adalah haram. Jadi saya boleh dibilang tidak pernah minum sebelum saya hijrah ke Amrik. Sampai sekarang pun saya belum pernah mabok atau melihat dengan kepala sendiri orang lain mabok. Kalau toh saya minum, itu cuma sekali sebulan (belum tentu) dan lebih karena saya ingin tidur nyenyak (karena entah kenapa minuman beralkohol membuat saya ngantuk)
Setelah 10 tahun tinggal bersama, baru akhir-akhir ini saya kejeduk dan dengan berat hati mengakui kalau pasangan saya adalah pecandu alkohol, bahwa pasangan saya menderita penyakit dan penyakit itu namanya penyakit mencandu alkohol.
Apa bedanya mereka yang hanya mengkonsumsi alkohol dalam batas-batas tertentu dengan mereka yang ‘menderita’ penyakit?
Bedanya adalah kebiasaan si pecandu bukan hanya memberikan pengaruh buruk ke si pecandu saja, tapi sudah jadi melebar ke orang-orang terdekat si pecandu.
Setiap malam pasangan pergi membeli minimal 6 kaleng bir, sering kali ditambah dengan satu botol bir ukuran besar. SETIAP MALAM.
Dulu itu, bodohnya saya, saya pikir kaleng-kaleng yang bergelimpangan di ruang TV cuma itulah yang dia konsumsi malam itu. Salah besar.
Yang aneh dengan pecandu, mereka ‘tahu’ mereka tidak seharusnya minum sebanyak yang mereka minum. Jadi mereka ‘pura-pura’ hanya meminum sekian banyak kaleng di depan ‘umum’ tapi di belakang mereka minum lebih banyak lagi.
Di ruang kerja pasangan, dijamin saya akan menemukan banyak lagi kaleng maupun botol bir kosong bergelimpangan.
Bukan satu dua kali dia menghabiskan botol liquor keras ukuran besar dalam semalam. (catatan sebutan liquor adalah minuman dengan kadar alkohol lebih tinggi dibanding dengan bir, contohnya wiski, martini)
Berbulan-bulan Bertahun-tahun saya masih dengan naivenya menganggap hal ini ‘cuma’ Kebiasaan lama yang sulit dihilangkan.
Pikiran saya berubah sejak saya memperhatikan perilaku pasangan setelah minum sekian banyak alkohol.
Tablet saya di hantam ke lantai. Kabel komputer saya di gunting. Saya di kata-katai dengan pedasnya.
Begitu saja, tanpa perasaan menyesal keesokan harinya.
Masih tidak mengerti, saya diajak masuk ke grup Alnon di FB oleh kakak ipar saya dari pihak pasangan – yang juga menghadapi kecanduan alkohol pasangannya.
Disinilah awalnya saya menyadari kalau saya menghadapi seorang dengan penyakit kecanduan, bukan hanya seorang dengan kebiasaan yang sulit dihilangkan.
Saya tidak lagi mampu untuk cuma menghela napas setiap kali melihat botol atau kaleng bir kosong di kamar kerja.
Saya harus mencari bantuan. Bukan cuma bantuan teman yang mendengar keluh kesah saya, tapi bantuan profesional.
Karena saya sadari sepenuhnya kalau saya tidak mengerti bagaimana menghadapi situasi ini dan jika saya mau survive, saya harus tolong diri saya sendiri terlebih dulu.
Saat ini saya berkonsultasi dengan seorang terapist untuk membantu saya konsentrasi untuk terperosok ke lingkaran ‘setan’ yang lebih dalam. (seperti halnya ‘penyakit’, penyakit kecanduan alkohol bisa menular ke orang lain / merusak orang lain)
Saya juga mau memberanikan diri untuk datang ke pertemuan Alnon – mirip AA (alcohol anonymous) – tapi ini adalah mereka-mereka yang bukan peminum tapi ‘terjerat’ di kekacauan yang dipicu oleh mereka yang menderita penyakit alkohol.
Doakan semoga mental saya dikuatkan untuk menghadapi penyakit ini.
Semoga Mbak. Ditunggu kisah selanjutnya. Makasih sudah share.
Semoga kamu kuat yAa. Peluk…..
Day, I know you can go through this situation as others situations that you went through before and u always be a winner. Be strong friend, You always in my prayer & thought.
Sebelumnya makasih ya Mbak.., karna sudah berbagi dengan pembaca mengenai masalahnya.., pertama yg sabar ya Mbak.., apalagi hidup di negara orang.., saya yakin Allah S.W.T mau menguji kesabaran anda.. , Pasrahkan masalahnya ke Allah insyaAllah akan segera ada jalan keluar.., Allah Maha Tahu Segala-galanya.