Saya adalah seorang imigran
Setelah lahir dan besar di Jakarta, untuk ukuran Jakarta, Indonesia ya saya penduduk super lokal. Bukan cuma lokal orang Indonesia aka pribumi tapi juga lokal Jakarta.
Ada lah rasa ‘belagu’, karena saya anak Ibukota gitu loh.
Pindah lah si 100% pribumi dan 100% anak ibukota ini ke Amerika.
Dari situ status saya ya berubah menjadi seorang imigran. Tidak bohong kalau saya merasa ‘turun kelas’….
Tapi sebetulnya yaaa…berstatus imigran ya tidak ada yang salah, atau tidak bernotasi buruk ya.
Memang faktanya koq saya berimigrasi ke Amerika, ya jadinya saya seorang imigran.
Apa arti jadi seorang imigran bagi saya?
Saya punya kampung halaman. Hi..hi…hi…kata mudik sekarang menjadi bahasa percakapan sehari-hari.
Saya belajar budaya dan sejarah negara baru saya. Ih, sumpah, saya paling malas belajar sejarah. Cuma koq ya rasanya tidak ‘sopan’ kalau saya buta sekali tentang sejarah negara yang saya adopsi jadi negara saya.
Saya merasa (merasa loh yaaaaaa…ini opini bukan fakta!!!- catat!) saya harus bekerja dua kali lebih keras untuk mendapatkan sesuai – terutama yang berkaitan dengan pekerjaan. Benar atau tidak , saya tidak tahu. Tapi yang jelas saya sehari-harinya constantly berusaha amat sangat patuh dengan aturan pekerjaan (dulu waktu jadi pribumi sih saya biasa saja) .
Entah apa karena saya merasa ‘orang luar’ jadi saya harus bangun kepercayaan dulu? Mbuh…
Saya jadi suka memperhatikan sesama imigran lainnya, merasa ada ‘koneksi’ gitu – padahal ya belum tentu…kik..kik…kik..
Tapi benar loh, saya senang jadi imigran, karena saya jadi ingin tahu tentang ras lainnya, kenalan-kenalan saya jadi lebih ‘ramai’ : dari Bosnia, Jepang, India, Pakistan, Iran, Iraq, Mesir, Turki, Palestina, Malaysia, Thailan, Ukrania, Rusia, Bulgaria, Korea, Nepal, Maroko dan seterusnya….
Mana saya tahu gitu kalau wanita-wanita Bosnia cuantik nya minta ampun! seperti boneka! atau ngobrol langsung dengan penganut agama Sikh atau diundang ke pura Hindu orang India.
Melihat sesama imigran berprestasi terus terang saya ikut bangga! Mereka adalah bukti kalau imigran bukan warga negara kelas 2.
Yang jelas mau tidak mau banyak yang masih memandang sebelah mata ke imigran.
Tapi justru karena mereka2 yang picik ini, saya malah terpacu buat mematahkan strereotip mereka!
Dan saya juga jadi selalu “mawas diri” karena boleh dibilang saya bawa nama negara loh. Kalau kelakuan saya nyebelin, yang kena celaan bukan cuma saya, tapi bisa2 ya sebangsa saja, bahkan ras saya.
Siapa bilang imigran warga kelad 2 😉
Banyak imigran yang berhasil karena berkat kerja keras dan perseverance. I’m proud to be immigrant and minority. Salam dari MN 😊
Perasaan Aku aja siiiii……Karena memang faktanya kan Aku orang pendatang…..jadi banyak harus penyesuaian….adaptasi….Dan kadang memang Ada aja bule2 yg suka mandang Kita as 2nd class….
Salam kenal dari KY!
Malah Imigran bny yg berprestasi ya kata2nya
Kayaknya sih begitu ya Noni…karena kita work as hard if not at least twice hard as 🙂