Sebagai perantau dan perempuan, sebagian besar dari kita diam-diam menyimpan rasa takut di hati.
Untuk sebagian besar dari kita, perempuan Indonesia ; negara Amerika adalah benar-benar negara asing – negara dengan budaya asing, bahasa asing, kebiasaan asing. Hari kita menginjak bumi Amerika adalah pertama kalinya kita di sini. Never before.
Dan di negara asing ini, Kita, seorang diri. Tanpa tahu seorang temanpun, tanpa ada saudara. Tidak ada tempat bergantung, tidak ada tempat untuk ‘lari’ dari kondisi yang kita alami.
Tentu saja harapan kita disini adalah hidup bersama suami Amerika kita sepanjang hayat, rukun hingga kakek nenek.
But our life ain’t Cinderella’s
Kita dihadapkan dengan kenyataan-kenyataan mengejutkan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Pasangan kehilangan pekerjaan. Pasangan berjudi. Pasangan tidak setia. Pasangan peminum. Pasangan pembohong. Pasangan Pemukul. Pasangan sakit mental. Pasangan pecundang.
Pasangan bukan lagi Ksatria Perkasa yang kita bayangkan di awal pernikahan.
Sebagian dari kita cukup berani untuk memutuskan keluar dari hidup kekacauan itu.
Sebagian lagi.
Takut.
Takut akan cemoohan keluarga di tanah air.
Takut akan ketidakmampuan untuk hidup mandiri di negara asing
Takut kehilangan kenyamanan sehari-hari : rumah yang kita tinggali, mobil yang kita kendarai
Takut akan kehilangan anak-anak di hidup kita.
Akhirnya kita pilih untuk mengalah.
Kita pilih untuk menelan pil pahit dan jalani hidup seakan-akan semuanya indah.
Kadang hidup dalam kesemuan dan kepura-puraan menjadi pilihan sebagian dari kita.
Salahkah?
Entah.
But like it or not, to most of us, it is our way to survive by ourselves in this foreign place
Untuk teman-teman perempuan Indonesia yang merasa tulisan ini mengena di hati, jangan putus asa, yakinlah ada sinar di akhir terowongan yang gelap dan panjang.