Mudik 2015 vs Mudik 2006

Terakhir saya mudik ke Jakarta itu di tahun 2006, alias sudah 8 tahun lebih saya tidak mudik.

Tulisan ini bukan mau cerita kenapa saya baru bisa mudik sekarang, tapi iseng-iseng mau lihat perbedaan mudik saya di tahun 2006 dan mudik 2015.

Persamaan M06 dan M15 (seperti kode penting saja layaknya..he….he…he..), saya mudik berdua dengan anak saya, suami tidak ikutan – maklum anggaran terbatas.

Waktu itu anak saya berumur kurang dari 1 tahun, sekarang anak saya usia 9 tahun. Boleh dibilang anak saya tidak ingat apa-apa tentang perjalanan ke luar negeri pertama dia, sementara di M15 anak saya sangat ‘aware‘ kalau dia akan mengunjungi negara ‘asing’ yang amat sangat berbeda dengan negara kelahirannya.

Waktu M06 saya tidak terlalu pusing kepala mengenai siapa yang akan menjemput kita berdua di bandara.

Di M15, terus terang saya tidak PD untuk menggunakan jasa taksi saat kedatangan, meskipun tahu kalau saya harus pakai taksi tertentu, tapi karena kedatangan saya yang tengah malam, bawa anak yang pasti teler, bawa koper segambreng, saya akan pulang ke tempat yang sama sekali baru (bukan ke rumah orang tua yang dulu saya tinggali), saya keder kalau-kalau si taksi yang aman dan bereputasi baik belum tentu tersedia, juga ada ketakutan akan nyasar tidak jelas. Paranoid lah intinya.

Tapi saya amat beruntung karena banyak teman-teman yang menawarkan bantuan untuk menjemput saya di bandara. (Terima kasih amat banyak untuk Bona Ray, Mona B, Krisna K, Eva D yang sudah menawarkan bantuan untuk diriku di hari pertama!)

Dari sekian banyak teman-teman yang menawarkan bantuan, memang Tuhan Maha Baik ya, ada teman di Louisville (terima kasih banyak Jeng Rini M), yang ibunya baik sekali bersedia menjemput di bandara. Puih. Lega rasanya.

Perbedaan lainnya, kalau di M6 si anak di keloni sama ayah dan ibu, kali ini anak saya cuma bisa ketemu dengan Eyangnya, yaitu ibu saya. 😦

Sampai detik ini anak saya masih suka celetuk ‘Mom, I wish Kaik is still alive’ (kaik – kakek dalam bahasa Banjar). 

Nah, terus terang keluarga kami bukan keluarga yang sangat berada, dan juga beberapa kali keluarga kami di terpa musibah dan baru satu tahun belakangan ini keluarga kami mulai bisa berbenah dan bangkit dari kesulitan.  Artinya kami tidak akan selalu bisa mudik ke Indonesia setiap tahun.

Karena alasan itulah saya harus berpikir realistis di mudik saya kali ini ; dalam arti saya harus berpikir masalah anggaran yang akan saya belanjakan dan waktu yang akan saya gunakan.

Tujuan mudik saya kali ini ada 4 :

  1. Menengok Ibu yang sejak terkena stroke di tahun 2010

  2. Menengok makam ayah yang meninggal di bulan April 2014

  3. Mengenalkan anak ke tempat kelahiran saya

  4. Bertemu teman-teman baik saya

Kalau di M06 saya tinggal di rumah orang tua di lokasi Cibubur, M15, saya akan tinggal di dua tempat, yaitu di tempat tinggal ibu saya itu di Parung :50 kilometer lebih jauh ke arah Bogor dari Cibubur dan di apartemen di tengah kota Jakarta.

Apa gitu pertimbangannya?

Yang jelas saya tidak bisa lagi mengandalkan orang tua seperti saat M06. Tidak bisa mengharap akan di jemput, tidak bisa mengharap akan diantar kesana kemari. 

Berarti saya akan banyak mengandalkan jasa transportasi umum, yang dalam hal ini : taksi.

Logikanya saya akan bawa anak saya melihat ini dan itu, bertemu teman-teman yang memang sudah meminta untuk bertemu dari jauh-jauh hari, akan berat di ongkos kalau saya tinggal di tempat tinggal Ibu selama 2 minggu penuh saya di Indonesia – diperlukan ongkos taksi Rp. 1,000,000 pulang pergi dari Parung ke pusat kota Jakarta.

Kenyataannya tidak ada donor yang mau membayari ongkos saya pulang pergi Parung-Jakarta, dan kenyataannya saya tidak akan sanggup membayar ongkos PP sebesar 1 juta selama 14 hari saya tinggal di sini, maka saya putuskan untuk tinggal di tengah kota di minggu kedua saya mudik.

Banyak rekan-rekan yang bertanya-tanya soal keputusan saya memilih tinggal di apartemen.

Well, terus terang saya bingung juga, wong keputusan saya tidak melibatkan orang lain, kecuali anak saya dan suami saya, tapi koq banyak yang ribut ya???

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s