mudik

MUDIK 2015: KONTEMPLASI

Hampir sebulan yang lalu saya berangkat mudik ke Jakarta, Indonesia.  Saat ini saya sudah bebas jetlag dan sudah kembali ke rutinitas sehari-hari.

Seraya saya menelurusi angka-angka di rekening bank saya, menelaah bon-bon pembelian ini dan itu, saya mau tidak mau jadi berkontemplasi akan mudik saya kemarin.

Kalau dipikir-pikir saya itu ‘bodoh’ sekali ya, beranggapan kalau anggaran $3,000 itu akan cukup untuk mudik selama 14 hari, mungkin kalau murni $3,000 tanpa termasuk pembelian tiket pesawat, ya cukup-cukup saja. Anggaran $3,000 saya itu termasuk $1,700 tiket pesawat dan $300 sewa apartemen. Jadi notabene anggaran saya itu ya cuma $1,000.

Pikir saya, kalau tho saya harus keluarkan uang lebih dari anggaran, saya bisa gunakan kartu kredit, eh ternyata kartu kredit andalan saya, American Express, jarang di terima di Jakarta. Jadilah saya harus gunakan kartu debit yang lebih terbatas uangnya. Bolak balik minta ke suami untuk transfer uang tambahan, untung suami baik hati, dan Alhamdulillah kita masih ada sedikit uang dari penghasilan dia.

Untungnya juga saya dikaruniai teman-teman yang amat sangat murah hati yang tidak henti-hentinya mentraktir saya saat kita ketemuan.

Tapi masa’ ya saya jadinya tergantung sama kebaikan hati teman-teman – ya tidak bisa dong??!!

Selain bodoh dalam anggaran, banyak lagi kebodohan-kebodohan saya di mudik ini.

Saya bodoh tentang mahalnya Jakarta -meskipun saya sudah diperingati oleh teman-teman tentang itu, saya ‘pura-pura’ bego dan nekat tetap pulang.

Saya merasa bodoh mengasumsi orang-orang tidak akan mengusili keputusan-keputusan saya untuk mudik ini

Saya juga terlalu naive beranggapan kalau semua orang akan mengerti prioritas saya di mudik ini.

Sepertinya saya harus realis, saya tidak bisa mudik dengan anggaran terbatas lagi, Saya tidak boleh paksakan diri untuk mudik seperti yang saya lakukan tahun ini, saya tidak bisa lagi segitu ‘naive’nya berfikir ‘yang penting saya pulang dulu, masalah pengeluaran dipikir nanti’.  Saya tidak mau membebani teman-teman, malu rasanya koq setiap kali ketemu ditraktir.

Bersyukurlah teman-teman Indonesia yang tinggal di Amerika dan bisa mudik setiap tahun dengan anggaran lebih dari cukup. Jujur, betapa irinya saya dengan teman-teman semua.

Tapi iri tidak membuat keadaan lebih baik tho?

Jadi lebih baik ya saya legowo saja. Keinginan mudik akan saya simpan dulu untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

004425b3a792c69eebb0d9c0dd83412c

Mudik 2015 : Banjir Hadiah Dan Traktiran!

Satu hal yang tidak kami sangka-sangka di mudik kali ini adalah melimpahnya hadiah dan traktiran dari teman-teman semua! Baik itu untuk saya pribadi, maupun untuk si kecil. Dari minggu pertama hingga hari terakhir, tidak henti-hentinya berdatangan hadiah dari teman-teman, baik itu material maupun imaterial.

Memang, mudik kali ini waktunya bersamaan dengan ulang tahun anak saya yang ke sembilan. Selain karena tiket pesawat pas murah di minggu itu, saya juga berpikir untuk memberikan kesempatan ibu saya merayakan hari ulang tahun anak saya bersama-sama.

Tadinya saya ingin selamatan kecil-kecilan (pesan nasi kuning gitu, atau beli kue ulang tahun), tapi kenyataannya sayanya masih kecapaian dari perjalanan dan juga tidak tahu mau pesan dimana itu nasi kuning atau kue ulang tahun.Jadilah niat saya terpaksa dibatalkan, meskipun kami sudah membawa lilin ulang tahun jauh-jauh dari Amerika.

Yang jelas saya memang sengaja membawa kado dari Amrik untuk si kecil buka di Indo. Paling tidak, dalam pemikiran saya, meskipun tidak ada acara khusus, si kecil tetap merasakan ulang tahunnya dengan adanya kado-kado yang saya bawa.

Alhamdulillah anak saya tipe anak manis, dia terlihat cukup senang dengan kado-kado yang saya bawa dari Amrik dan tidak menuntut lebih. Saya bersyukur waktu si kecil tidak kecewa dengan ultah dia apa adanya.

Tapi ternyata ultah dia berkepanjangan!

Dari mulai ditraktir ke pantai Anyer, dibelikan perlengkapan main pasir, baju ‘turis’, uang tunai 100  ribu, main gratis di Kidzania, si kecil mendapat set LEGO creator, topi, set PlayMobil, baju kaos HardRock Cafe Jakarta, 2 mobil-mobilan baru, tempat pensil LEGO, handuk Marvel, segambreng DVD dan pernak pernik asli Indonesia.

Mudik_Jan18Feb37-001

Komentar anak saya lucu sekali, dia bilang ‘Mom, I can’t believe I have so many presents! This is awesome!’

Seperti halnya anak saya, saya juga kecipratan hadiah!

Dari mulai berbagai jenis kerupuk, baju batik, selendang batik, rok batik, bahan batik, pernak pernik khas Indo, rok cantik, scarf macan, taplak batik, dompet Tulisan, kaastangel super enak dan banyak lagi yang saya tidak bisa sebutkan semuanya disini!

Mudik_Jan18Feb38-001

Selain hadiah-hadiah diatas, kami juga tidak habis-habisnya ditraktir teman-teman.

Ditraktir ke Anyer dari mulai dijemput, penginapan, makan, diantar ke Jakarta oleh Keluarga Mbak Indri, Mas Yo dan keluarga Mbak Ratna and Mas Tjipto. Ditraktir pelisir ke Jakarta dari Parung sama Oom Bona,ditraktir makan sushi sama Tante Eva, ditraktir makan di GM sama Oom Bona dan Tante Susan, diantar ke makam ayah, jalan-jalan ke Kokas, naik kereta api, diantar pulang sama keluarganya Tante Erma, dibawa keliling Jakarta sama Tante Mona dan Oom Riko, ditraktir kopi dan donat sama Tutrie, ditraktir makan mewah sama Tante Fitri, Oom Agung dan Rio daaan banyak lagi!!

Tidak bohong kalau saya merasa sangat berhutang budi dengan teman-teman semua dan merasa sangat beruntung.

Untuk teman-teman semua yang sudah meluangkan waktu untuk bertemu dengan kami di Indonesia, kami ucapkan terima kasih yang amat sangat banyak dan tidak terhitung!!

Kami merasa sangat beruntung atas kebaikan teman-teman semua!!

Semoga semua kebaikan teman-teman dibalas oleh Yang Maha Pemberi.

PS.

Mohon maaf sekiranya ada teman-teman yang terlewat di sebut di tulisan saya ini, yang pasti kami tidak lupa akan kebaikan teman-teman semua!

Mudik 2015 : Reuni Dengan Teman-Teman

Tiga minggu sebelum Saya berangkat ke Jakarta, boleh dibilang saya sudah umumkan rencana mudik saya ke publik lewat blog ini, yang tersambung ke profil saya di sosial media lainnya.

Dari tulisan pertama saya di bulan Desember 2014, teman-teman banyak yang ikutan senang dan banyak yang langsung menghubungi saya untuk janjian ketemuan. Semakin dekat ke hari H, semakin banyak teman-teman yang serius minta waktu untuk ketemu saya, yang tentunya berusaha saya penuhi.

Saya memang sengaja membuat keberadaan saya di Indonesia ‘dipublikasikan’ di umum (di profil FB saya). Dari mulai saya mendarat, nomor telpon saya di Indonesia, dimana saya tinggal, semua saya pajang. Apa alasan saya melakukan hal itu?

Untuk memudahkan komunikasi saya dengan siapapun yang berminat untuk ketemuan dengan saya. Meskipun ada beberapa rekan-rekan yang saya hubungi lewat pesan di FB dan saya utarakan keinginan saya untuk bertemu ;tidak semua dari mereka membalas pesan saya atau antusias menyambut ajakan saya. Ya tidak apa-apa juga, itu kan hak setiap orang. Saya sih amat mengerti kesibukan masing-masing, masa’ mau dipaksa?

Minggu pertama saya di Indonesia, karena kami tinggal di Parung, saya tidak berani membuat janji bertemu dengan terlalu banyak teman, secara jauh gitu loh. Saya mengerti sekali kalau akses ke Parung tidak mudah dan akan habis lebih banyak waktu di jalan dibanding untuk ketemuan.

Meskipun demikian tetap ada teman-teman yang sangat murah hatinya untuk tetap janjian bertemu kami dari jauh-jauh hari. 

Teman pertama yang kami janjian ketemu itu sahabat lama saya dari sejak SMA (1990). Dia sengaja mengambil cuti hari itu, karena mau menghabiskan waktu seharian dengan kami. Kebetulan hari itu juga hari ulang tahun anak saya yang ke sembilan. Jadilah teman saya ini menjemput kami jauh-jauh dari Jakarta, mentraktir kami makan di Urban Kitchen di Pacific Place, untuk kemudian memboyong kami masuk di Kidzania, membelikan hadiah LEGO untuk anak saya dan mengantar kami pulang ke Parung lagi.

Mudik_Jan18Feb35-002

Teman kedua yang bisa ketemuan yang juga sudah membuat janji jauh-jauh hari untuk bertemu itu, teman waktu kerja dulu. Teman saya ini baru balik dari luar negeri dua hari sebelumnya, tapi dia bela-belain untuk ketemu saya di minggu pertama saya diIndo. Teman saya ini saking baiknya, juga rela-rela saja mengantar kami balik ke Parung.

Sungguh kami amat beruntung mempunyai teman-teman yang murah hati kepada kami.

O iya, selain dia, ada teman SMA yang kebetulan tinggal di daerah relatif dekat dengan Parung yang juga antusias ingin ketemuan. Jadilah kami janjian untuk bertemu mereka berdua di Bogor.

Mudik_Jan18Feb36

Meskipun kita tidak bisa menghabiskan waktu lama-lama untuk rumpi-rumpi dan melepas kangen, tapi sungguh kami merasa bersyukur sekali bisa ketemuan, setelah 20 tahun tidak pernah ketemu!

Biasanya setelah bertemu teman-teman, kami pulang tidak lebih dari jam 7 malam, karena kami tinggal di rumah orang (rumah tempat tinggal Ibu) dan juga karena masih jetlag. Maunya ya kelayapan terus, tapi percaya atau tidak kami masih tahu diri lah…

Bersambung…..

Mudik 2015 : Rencana vs Realita

Di mudik 2015, Saya banyak rencana, selain memenuhi 4 tujuan utama yang saya tulis di tulisan sebelumnya, saya kepingin sekali membawa anak saya ke beberapa tempat jalan-jalan yang khas Jakarta: Kidzania, Taman Safari, Taman Budaya Sentul, WaterBoom, Taman Mini.

Maklum, kesempatan mudik buat keluarga kami itu LANGKA dalam arti kami tidak setiap tahunnya bisa mudik seperti kebanyakan teman-teman lain. Lah terakhir mudik saja itu di tahun 2006, jadi saya realistis saja kalau kenyataannya kami tidak selalu bisa pulang. Memang begitu a koq kenyataannya, mau diapakan lagi? masa mau minta dibayarin orang? Nah Saya inginnya di kesempatan pulang ini, anak saya bisa melihat Jakarta dan sekitarnya sebanyak mungkin.

Berhubung saya sudah bekerja, saya hanya bisa cuti selama 14 hari (bukan sebulan seperti M06) dan anggaran saya TERBATAS. Jadi saya harus pikirkan masalah transportasi dan waktu saya yang relatif sempit.

Sebulan sebelum saya berangkat, saya sudah rencanakan dimana saya tinggal. Rencana saya ini memang tidak semua orang tahu (memang harus ya semua orang tahu???? heh???), tapi secara garis besar saya beritahukan lokasi saya ke orang-orang yang secara langsung terlibat – yaitu mereka yang menjemput saya, mereka yang tempat tinggalnya saya tinggali, dan mereka yang mengajak untuk bertemu dengan saya. 

Sementara rencana akan kemana saya setiap harinya, ya cuma saya ya yang tahu dan mereka yang bertanya langsung kepada saya apa rencana saya. (menurut saya tidak penting ya untuk memberitahu rencana saya ke semua orang, kesannya saya sok penting sekali ah!!)

Well, beberapa rencana saya untuk anak saya tidak terealisasi, kasihan juga si kecil yang sedih karena harus menuruti jadwal yang sama sekali berbeda dengan yang saya rencanakan untuk dia. Kami tidak pergi ke Taman Safari, Taman Mini, Taman Budaya ataupun waterboom.

Lucunya, mereka-mereka yang dengan senang hati mengubah rencana saya ini tidak memberikan alternatif hiburan untuk anak saya. Jadilah saya yang harus pontang panting atur waktu saya ‘seadil-adilnya’ untuk semua pihak yang terlibat.

Tapi yang jelas, 4 tujuan mudik saya terpenuhi , dan anak saya tetap bisa bergembira di mudik ini.

Ibu saya berkesempatan ditemani cucunya, Saya dan anak saya menyekar ke makam Ayah,

Mudik_Jan18Feb3

anak saya bisa bermain di Kidzania,

Mudik_Jan18Feb33

berenang di pantai laut Jawa (Anyer), dan beberapa kali di kolam renang di apartemen (meskipun bukan di waterboom),

Mudik_Jan18Feb32

berkenalan dan bermain dengan anak-anak teman-teman saya,

Collages27

dan saya bisa bertemu teman-teman baik saya.

Mudik_Jan18Feb34-004

Tuhan Maha Baik koq.

Mudik 2015 : Indonesia (Jakarta) vs Amerika

  1. Keberadaan wi-fi – Pilih Amerika! halah! ternyata di Jakarta raya, wi-fi itu masih langka ya? waktu ke mal sekeren Grand Indo ataupun Plaza Indonesia sekalipun, wi-fi nya memble. Pengecualian itu Starbucks, koneksi wi-finya samalah dengan di Amrik!
  2. Pilihan makanan – Pilih Jakarta! pilihan makanan di Jakarta itu banyaaaaaaaaaaaaaak sekali! amat beragam dan seakan tidak ada habisnya. Kalau di food court di mal-mal di Amerika itu hitungan kiosnya bisa dihitung dengan jari tangan, di Jakarta, rasanya saya malah kepingin makan semua saking banyaknya pilihan!!
  3. Cara Pembayaran – Pilih Amerika!! dengar dari teman-teman, tempat-tempat makan di Indo sudah terima kartu gesek, kenyataanya sebagian besar masih hanya terima uang tunai, atau hanya kartu dari bank tertentu saja. Lah??
  4. Budaya Antri – Pilih Amerika! Orang Indo masih parah ternyata dalam hal menyelak antrian. Dari mulai ibu-ibu di mal keren sampai anak-anak semuanya seperti tidak kenal kata antri. Hadweeeeh!! terpaksalah berkali-kali diriku berjutek ria dengan kalangan ogah antri ini.
  5. Cara berbersih – Pilih Jakarta! rasanya berbersih dengan air tetap lebih resik dibanding cuma tisu doang. (kalau boleh sih pilih Jepang ya…soalnya mereka punya lebih dari satu pilihan untuk siraman air berbersih!! – termasuk di pesawat terbang!)IMG_20150119_000931IMG_20150119_000945
  6. Air hangat – Pilih Amerika! disini air hangat ya selalu tersedia, di rumah, maupun di tempat umum. Waktu saya tinggal di apartemen, sempat ‘panik’ karena jatah air hangat koq susah sekali..harus tunggu panas dan keluarnya sedikit!!
  7. Air minum – Pilih Amerika! air putih selalu gratis, bottomless pula! maklum air keran ya? di Jakarta, harus selalu pesan air botolan, dan harus dibilang ‘dingin’.
  8. Pesan Makanan – Pilih Indo (Jakarta)!, disini hampir semua resto menawarkan jasa layan antar! dari mulai resto cepat saji sampai warung semua bisa di antar ke tempat!!
  9. Belanja baju – Pilih Amerika!! pertama karena ukuran saya menurut standard Amerika itu ‘S’ atau ‘M’, di Indo jadi XL!! kedua karena di Amerika, rata-rata toko baju ada pilihan untuk mencari ukuran yang kita mau di toko lain atau pesan online.
  10. Keberadaan Taksi – Pilih Jakarta! taksi di Jakarta itu mudah di dapat di mana-mana dan kondisi mobil bagus. Di banyak kota-kota di Amrik, taksi itu jarang, mahal ongkosnya dan mobilnya tidak selalu bagus!!!

Mudik 2015 vs Mudik 2006

Terakhir saya mudik ke Jakarta itu di tahun 2006, alias sudah 8 tahun lebih saya tidak mudik.

Tulisan ini bukan mau cerita kenapa saya baru bisa mudik sekarang, tapi iseng-iseng mau lihat perbedaan mudik saya di tahun 2006 dan mudik 2015.

Persamaan M06 dan M15 (seperti kode penting saja layaknya..he….he…he..), saya mudik berdua dengan anak saya, suami tidak ikutan – maklum anggaran terbatas.

Waktu itu anak saya berumur kurang dari 1 tahun, sekarang anak saya usia 9 tahun. Boleh dibilang anak saya tidak ingat apa-apa tentang perjalanan ke luar negeri pertama dia, sementara di M15 anak saya sangat ‘aware‘ kalau dia akan mengunjungi negara ‘asing’ yang amat sangat berbeda dengan negara kelahirannya.

Waktu M06 saya tidak terlalu pusing kepala mengenai siapa yang akan menjemput kita berdua di bandara.

Di M15, terus terang saya tidak PD untuk menggunakan jasa taksi saat kedatangan, meskipun tahu kalau saya harus pakai taksi tertentu, tapi karena kedatangan saya yang tengah malam, bawa anak yang pasti teler, bawa koper segambreng, saya akan pulang ke tempat yang sama sekali baru (bukan ke rumah orang tua yang dulu saya tinggali), saya keder kalau-kalau si taksi yang aman dan bereputasi baik belum tentu tersedia, juga ada ketakutan akan nyasar tidak jelas. Paranoid lah intinya.

Tapi saya amat beruntung karena banyak teman-teman yang menawarkan bantuan untuk menjemput saya di bandara. (Terima kasih amat banyak untuk Bona Ray, Mona B, Krisna K, Eva D yang sudah menawarkan bantuan untuk diriku di hari pertama!)

Dari sekian banyak teman-teman yang menawarkan bantuan, memang Tuhan Maha Baik ya, ada teman di Louisville (terima kasih banyak Jeng Rini M), yang ibunya baik sekali bersedia menjemput di bandara. Puih. Lega rasanya.

Perbedaan lainnya, kalau di M6 si anak di keloni sama ayah dan ibu, kali ini anak saya cuma bisa ketemu dengan Eyangnya, yaitu ibu saya. 😦

Sampai detik ini anak saya masih suka celetuk ‘Mom, I wish Kaik is still alive’ (kaik – kakek dalam bahasa Banjar). 

Nah, terus terang keluarga kami bukan keluarga yang sangat berada, dan juga beberapa kali keluarga kami di terpa musibah dan baru satu tahun belakangan ini keluarga kami mulai bisa berbenah dan bangkit dari kesulitan.  Artinya kami tidak akan selalu bisa mudik ke Indonesia setiap tahun.

Karena alasan itulah saya harus berpikir realistis di mudik saya kali ini ; dalam arti saya harus berpikir masalah anggaran yang akan saya belanjakan dan waktu yang akan saya gunakan.

Tujuan mudik saya kali ini ada 4 :

  1. Menengok Ibu yang sejak terkena stroke di tahun 2010

  2. Menengok makam ayah yang meninggal di bulan April 2014

  3. Mengenalkan anak ke tempat kelahiran saya

  4. Bertemu teman-teman baik saya

Kalau di M06 saya tinggal di rumah orang tua di lokasi Cibubur, M15, saya akan tinggal di dua tempat, yaitu di tempat tinggal ibu saya itu di Parung :50 kilometer lebih jauh ke arah Bogor dari Cibubur dan di apartemen di tengah kota Jakarta.

Apa gitu pertimbangannya?

Yang jelas saya tidak bisa lagi mengandalkan orang tua seperti saat M06. Tidak bisa mengharap akan di jemput, tidak bisa mengharap akan diantar kesana kemari. 

Berarti saya akan banyak mengandalkan jasa transportasi umum, yang dalam hal ini : taksi.

Logikanya saya akan bawa anak saya melihat ini dan itu, bertemu teman-teman yang memang sudah meminta untuk bertemu dari jauh-jauh hari, akan berat di ongkos kalau saya tinggal di tempat tinggal Ibu selama 2 minggu penuh saya di Indonesia – diperlukan ongkos taksi Rp. 1,000,000 pulang pergi dari Parung ke pusat kota Jakarta.

Kenyataannya tidak ada donor yang mau membayari ongkos saya pulang pergi Parung-Jakarta, dan kenyataannya saya tidak akan sanggup membayar ongkos PP sebesar 1 juta selama 14 hari saya tinggal di sini, maka saya putuskan untuk tinggal di tengah kota di minggu kedua saya mudik.

Banyak rekan-rekan yang bertanya-tanya soal keputusan saya memilih tinggal di apartemen.

Well, terus terang saya bingung juga, wong keputusan saya tidak melibatkan orang lain, kecuali anak saya dan suami saya, tapi koq banyak yang ribut ya???

MENGHITUNG HARI MUDIK KE JAKARTA: HARI KEBERANGKATAN

Minggu, tanggal 18 Januari 2015, Saya dan anak memulai perjalanan mudik kami ke Jakarta, Indonesia. Total penerbangan 21 jam lebih. Kami akan mendarat di Soekarno Hatta sekitar tengah malam tanggal 20 Januari 2015.🎒🛄✈

Kami semua bangun jam 4 pagi, mandi, setelah minum teh, saya paksakan dandan biar kelihatan manis meskipun rasa seperti zombie karena tidal bisa tidur malamnya. Baju yang mau dipakai sudah disiapkan malam sebelumnya : celana jeans,baju lengan panjang,syal,sepatu slip on,baju dingin. Masalah pakai baju apa selama di perjalanan ini agak-agak riweh; riweh karena tempat keberangkatan masih musim dingin, pesawat terbang biasanya lumayan adem,sementara tempat kedatangan tropis. Mau tidak pakai baju dingin, alias coat koq ya tidak mungkin juga, dibawa buat berat bawaan.

Dilema deh 😱😱😱😱😱

Si kecil pakai baju lengan panjang, celana panjang dan hoodie, sementara diriku pakai baju lengan panjang ditambah baju hangat dan scarf plus jeans andalan khusus beli untuk mudik ini. (pas dapat murah,cuma $16 an).

IMG_20150118_060222

Sampai di bandara Louisville, kita agak – agak kepagian, meskipun ada mesin pemindai tiket elektronik, karena kita ada bagasi, jadi kita tidak bisa langsung cetak tiket, jadi harus tunggu petugas loket. Nah karena loket pesawat sendiri belum dibuka hingga jam 6-an lebih, jadilah kita nangkring-nangkring di bandara.

IMG_20150209_054532

Jam 6 lewat, baru petugas datang, tiket si kecil ada sedikit kesalahan pengejaan namanya, jadi si petugas harus secara manual mengecek tiket dan paspor dia. Untunglah semua beres.

Jadilah kita masuk ke dalam ruang tunggu sekitar jam 7 pagi. Pesawat pertama kita itu United Airlines, dengan tujuan Chicago. Tidak ada keterlambatan keberangkatan, semuanya Alhamdulillah lancar.

Pesawat yang kita tumpangi ini boleh dibilang pesawat kecil (dan sempit), tipe-tipe pesawat yang penumpang harus titipkan koper bawaan mereka di luar pintu pesawat, karena penyimpanan di dalam pesawat tidak cukup besar untuk beberapa koper bawaan penumpang.

Sampai di Chicago, kita harus jalan ke pintu yang lumayan agak jauh untuk menunggu pesawat kedua kita, yaitu ANA dengan tujuan Narita, Tokyo.

Saya cukup terkesan dengan dekorasi di bandara O’Hare, Chicago, terlihat sangat artistik dan tidak membosankan seperti bandara-bandara lainnya.

017016

Sayangnya saya tidak sempat mengambil banyak foto karena si kecil sudah kebelet ingin pergi ke pesawat berikutnya.

Di pesawat kedua ini, sempat beberapa kesalahan ‘teknis’, status saya tertera sebagai anak, sementara anak saya tertera sebagai dewasa. Juga tempat duduk saya dan anak saya sempat terpisah, untunglah saya ‘ngeh’ dan bisa diubah menjadi sebelah-sebelahan.  Mereka juga ‘sibuk’ menanyakan visa kami, untuk di Jepang dan untuk di Indonesia. Setelah saya jelaskan kalau kami hanya transit 3 jam di Jepang dan saya akan ambil visa on arrival di Jakarta, mereka berhenti bertanya.

Ini pertama kalinya saya menggunakan maskapai penerbangan ANA, sejauh ini saya cukup senang dengan pelayanan mereka  pramugarinya ramah dan baik-baik, meskipun terlihat mereka agak-agak kesulitan dalam berbahasa Inggris.

Yang saya agak panik adalah waktu kita terima makanan ; memang saya memesan makanan khusus untuk kami berdua (muslim meal) ; ternyata kali ini makanannya itu berbau kari dan lumayan pedas! Jadilah saya sibuk membilas daging ayam kari supaya bisa dimakan anak saya.

Waktu terima makanan kedua di perjalanan, terpaksa saya minta makanan biasa untuk anak saya, karena lagi-lagi masakannya kari pedas. Maklum si kecil belum bisa makan yang pedas-pedas. Untunglah mereka punya makanan ekstra yang menunya ikan. Phew!

Sampai di Narita, Tokyo kami ada waktu tunggu sekitar 3 jam.

022

Sempat berkeliling bandara untuk melihat ini itu, tapi kondisi kami berdua sudah sangat lelah, jadilah kami mengaso di pintu keberangkatan saja.

Mudik_Jan18Feb39

Lega sekali rasanya saat waktu boarding tiba, tempat tujuan hanya tinggal 6 jam lagi!

027-001

Halo Jakarta!

Menghitung Hari Mudik Ke Jakarta! – Proses Menabung Dan Menuggu

Setelah 8 tahun tidak bertemu dengan keluarga di Jakarta (termasuk tidak bisa menghantar almarhum Ayah ke tempat peristirahatan terakhir beliau), Insha ALLAH saya dan anak akan mudik ke Jakarta selama 2 mingguan bulan Januari 2015!!

Terus terang anggaran mudik ini amat sangat ‘ketat’, sejak Ayah meninggal di bulan April 2014, saya mulai menyisihkan uang bonus hasil kerja saya. Untuk perjalanan mudik saya kali ini anggaran saya itu $3,000 alias pas-pasan. Ha…ha…ha. Yang penting tiket terbeli dulu deh!

Di Amerika, saya kerja di perbankan paruh waktu. Artinya saya hanya kerja 26 jam per minggu. Kalau hanya mengandalkan penghasilan kerja saya, setelah di potong asuransi kesehatan, terus terang akan lama sekali untuk saya bisa mengumpulkan uang untuk mudik. Minta dibayarin suami juga koq tidak mungkin ya? satu karena penghasilan suami ya untuk bayar tagihan dan keperluan sehari-hari dan kedua saya orangnya males ‘ngerepotin’ orang lain, meskipun itu suami sendiri. Ketiga…suami tidak ada extra uang juga….ha…ha…ha.

Tapi untunglah di tempat kerja ini pegawai ada kesempatan untuk mendapat bonus dari hasil penjualan produk.

Nah disinilah saya kerja mati-matian. Bonus ini dibayar setiap 3 bulanan. Yang nyebelin, meskipun saya berhasil mengumpulkan bonus hingga $500 misalnya, pajak bonus ini juga lumayan besar : 40%. Jadi bonus ini terus terang sering kali ‘tidak berarti’ apa-apa.

Jadi saya putuskan, saya acuhkan itu pajak, setiap kali saya dapat bonus, saya langsung kurangi total jumlah pendapatan saya dengan gaji saya sehari-hari tanpa bonus.

Saya juga rajin melihat-lihat harga tiket pulang. Sempat ada tiket murah (dibawah $1,000) beberapa minggu setelah Ayah meninggal, sayangnya saat itu paspor saya sudah habis masa berlakunya dan harus menunggu 3 minggu hingga paspor selesai. Yang ada waktu paspor saya sudah diterima ditangan, harga tiket sudah melonjak lagi, karena sudah masuk masa liburan sekolah anak-anak. Dan terus terang saya tidak mampu untuk beli tiket saat harga sudah diatas $1,000, karena saya akan bawa anak saya mudik bareng.

Jadilah saya harus menunggu lagi. Saya pikir kalau memang rejeki, akan ada tiket murah lagi yang saya mampu beli.

Kuartal ketiga 2014, saya lumayan dapat bonus cukup bagus dan waktu lihat tiket, ada tiket murah di bulan Januari dari situs ini. Harga tiket per orang jatuhnya $800++ (total) dan waktu tunggu antara pesawat yang satu dengan yang lain cuma 3 jam.

Pikir punya pikir, tiket harga sekian kayaknya akan jarang-jarang nongol, jadiah saya putuskan untuk beli. Alhamdulillah ada anggarannya.

Nah, ada dua hal yang harus saya korbankan dalam rangka mudik saya kali ini. Yang pertama adalah hari-hari sekolah anak saya. Di perjalanan mudik ini dia akan kehilangan 11 hari sekolah. Apa boleh buat, pilihannya tiket murah di hari sekolah atau tiket mahal di hari libur, terpaksa saya harus pilih yang pertama.

Yang kedua jatah liburan dibayar (paid vacation) saya. Berhubung saya pekerja paruh waktu, jumlah liburan saya itu tergantung dari jumlah jam kerja yang saya lakoni tahun sebelumnya.  Rata-rata pekerja paruh waktu mendapat 7-14 hari libur dibayar.

Tahun 2014 jam kerja saya tidak sebanyak tahun 2013, hitungan kasar, saya pasti dapat seminggu liburan di bayar, tapi teman-teman tahu sendiri dong, kalau pergi internasional, seminggu tidak berasa apa-apa. Minimal harus 2 minggu, paling enak ya sebulan.  Apa boleh buat, saya kudu ambil libur tidak dibayar alias unpaid vacation. 

Artinya balik-balik dari Indonesia, siap-siap melihat rekening agak-agak kosong melompong…..:-)

Ya tidak apa-apa, Insha ALLAH adalah rejeki setelah pulang.

Sekarang saya lagi bingung……mau bawa uang tunai berapa ya??