Salah Kaprah Tentang Amerika : Masyarakat Berpendidikan Tinggi & Berwawasan Luas

Di Jakarta, rekan-rekan kerja Saya itu rata-rata lulusan Universitas. Sarjana S1 lah istilahnya. Dari universitas beken pula. UI, ITB, Trisakti, Pelita Harapan, Pancasila, Pajajaran, Parahyangan, dan seterusnya. Selain universitas lokal, tidak sedikit rekan-rekan kerja yang lulusan universitas luar negeri. Saya juga tahu banyak teman-teman kuliah yang melanjutkan sekolah, untuk mendapat gelar Master. Pokoknya educated lah.

Entah darimana Saya dapatkan pola pikiran Saya, yang jelas di pikiran Saya itu orang-orang Amerika pastilah semua kuliahan. Katanya kan negara adikuasa, bisa ke bulan, polisi dunia; apa-apa kita ‘bercermin’ ke Amerika. Harusnya mereka pintar-pintar dong.

Kebetulan memang Suami Saya yang notabene orang Amerika itu termasuk nerd lah. Kacamata tebal, hobi membaca buku matematik di kamar mandi, dan kalau ditanya soal kimia-biologi, langsung nyerocos sampai membuat Saya ngantuk.

Jadilah waktu Saya hijrah ke Amrik, persepsi Saya itu orang Amerika pintar-pintar, tahu segalanya.

Kenyataannya?

Seperti layaknya Indonesia, orang-orang Amerika ada yang pinter, ada yang bego, ada yang bergelar doktor, ada yang jebolan SMA. Di kota kecil seperti Bozeman, Montana, rekan-rekan kerja Saya rata-rata jebolan SMA. Dan tidak seperti yang Saya asumsikan, mereka tidak ada niat untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi, malah cenderung mereka merasa tidak perlu untuk berpendidikan tinggi meskipun di Bozeman ada MSU alias Montana State University.

Saya sempat bingung sendiri, karena mereka ‘bingung’ waktu mengetahui kalau Saya lulusan universitas. Lebih bingung lagi, waktu mendengar pertanyaan ‘Kamu koq bisa berbahasa Inggris?’ (emm…belajar di sekolah kan??!!) atau waktu teman dekat suami bilang ‘Indonesia itu India kan ya?’

Pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar ‘aneh’ lebih banyak lagi di lontarkan terutama waktu mereka tahu kalau Saya tidak merayakan hari Natal.

OMG. Kamu tidak bernatalan? Tidak membelikan hadiah untuk anak kamu (di hari Natal)??

Kamu harus berdoa lagi?  Kamu tidak makan dan minum seharian??

Islam? Apaan tuh?

Cuma sedikit sekali rekan-rekan yang tahu mengenai keberadaan agama lain (Islam tepatnya), sebagian besar cuma melongo.

Lho…apa mereka tidak mendengerkan stasiun berita mereka sendiri ya? FOX gitu? membaca buku? majalah? berita di internet?

Piye?

Baru perlahan-lahan Saya menyadari kalau asumsi Saya tentang orang-orang Amerika adalah salah. Untuk mereka-mereka yang tinggal di kota besar dan lebih beragam penduduknya, penduduk lokal terbiasa terekspos dengan keragamana, ketidakseragaman. Tapi di kota-kota kecil, ya sama seperti di Indonesia, agak-agak ‘kacamata kuda’, terbatas pengetahuan dan wawasan.

Bersyukurlah Saya waktu kecil sudah membaca buku-buku Ramayana, Mahabarata, Tom Sawyer, Moby Dick, Tintin, Lima Sekawan dll. Nonton Unyil, Little House on the Prairie, Sin Tia Eng Hiong, Sin Tiaw Hiap Lu. Belajar tentang Kristen, Buda, Hindu dan sejak kecil sudah sadar kalau tiap orang bisa berbeda keyakinan.

Jadi teman-teman, tidak usah tidak berkecil hati karena tidak berjiwa ala Amerika.

Kita tidak kalah pendidikan dan wawasan koq. Yang penting hayo belajar terus!!!

 

2 comments

  1. Kalau ini sih setuju sekali. Gak cuma Amrika sebagai rujukan peradaban yang banyak oon boy-nya.. hehehe, semua negara adikuasa atau G8 juga berisi warga yang kurang berpengetahuan akan dunia luar… padahal dunia mereka relatif lebih melek internet… hehehe,
    Nice artikel (y)

    1. iya, tapi terus terang Saya gak nyangka ya…ternyata Saya termakan asumsi masyarakat banyak (yaitu orang Amrik mah pinter2 dsb)

      Syukurlah dibikin melek….kik..kik..kik..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s