Buat Saya jawabannya ya sederhana : Karena suami kebetulan orang Amerika yang tinggal di Amerika.
Jadi intinya kata ‘Amerika’ bisa diganti dengan kewarganegaraan dan negara manapun.
Terus terang Saya bukan ‘pengagum’ bule (baca : demennya sama bule). Mau bule mau pribumi ya sama-sama manusia:ada yang miskin, ada yang kaya, ada yang ganteng, ada yang kurang ganteng, ada yang keren, ada yang penuh pesona, ada yang membuat hati deg-degan, ada yang  membuat kita mau kabur…
Saya juga bukan pengagum negara Amerika dalam arti Saya tidak menganggap semua yang ala Amerika itu selalu lebih baik, lebih okeh.
Saya sekarang di Amerika bukan karena Saya kabur dari keluarga di Indonesia atau bukan karena merasa di Indonesia hidup Saya sengsara dan merasa harus memperbaiki diri di luar negeri.
Sewaktu di Jakarta, Alhamdulillah Saya punya pekerjaan yang cukup bagus, 1 minggu sebelum berangkat Saya ditawari menjadi Manager di salah satu konsultan properti yang terpaksa Saya tolak karena Saya harus hijrah ke Amerika.
Sekarang Saya tinggal disini, Saya tidak merasa jadi lebih ‘tinggi’ dari teman-teman di Indonesia. Amerika sudah menjadi negara kedua Saya, dan hingga kini Saya masih berkewarganegaraan Indonesia.
Kalau ada yang tanya, ada rencana balik?
Terus terang menurut Saya pertanyaan itu agak-agak ‘aneh’, karena terus terang hal itu bukan ‘pilihan’ saat ini. Kenapa? karena keluarga Saya, yaitu, suami dan anak, mereka dua-duanya warga negara Amerika, dan inilah tempat tinggal kami.
Dari segi praktisnya, lebih mudah untuk Saya berganti kewarganegaraan daripada Saya harus menjadi sponsor suami dan anak di Indonesia, atau Suami harus mencari kerja di Indonesia.
Sewaktu Saya menikah dengan suami Saya, Saya mengerti konsekuensi pilihan Saya, walaupun jujur, berat rasanya jauh dari keluarga, dan suka nangis sendiri karena tidak ada dukungan dari kerabat di saat-saat susah, tapi semua harus Saya telan bulat-bulat, karena ini adalah bagian dari hidup Saya sekarang……