Setelah 30 tahunan tinggal di rumah orang tua, pulang kantor tinggal makan, kalau sakit ada teman atau keluarga yang mau bantu antar ke dokter………..terasa berat sekali tahun-tahun pertama Saya tinggal di Amerika.
Yang jelas, tidak ada pihak dari keluarga Saya yang berdomisili di Amerika, kalau tho ada itu nun jauh di bagian timur, Saya di barat. Dari pihak suami, kedua orang tua suami sudah meninggal dunia, adik-adik suami yang sudah berkeluarga tinggal di Iowa dan yang lajang tinggal di Minnesota.
Saya juga tipenya bukan orang bergaul. Agak susah berteman ataupun berbasa basi. Tidak pernah minta teman atau keluarga untuk berkunjung bukan kenapa-kenapa, tahu sendiri kalau ongkos tidak murah.
Jadilah semua-muanya kita berdua lakoni. Yang paling ribet terus terang kalau salah satu dari Kami -terutama Saya- sakit.
Ingat sekali waktu anak kami masih bayi, Saya kena demam, badan menggigil , tidak karuan tapi terpaksa tidak bisa istirahat karena si bayi tidak ada yang jaga, suami harus kerja.
Atau sewaktu Suami dioperasi lututnya dan harus dipapah masuk ke rumah karena belum bisa pakai tongkat.
Atau baru-baru ini saya kena infeksi bakteri di tenggorokan, sehari terkapar di tempat tidur; cucian piring wiss menggunung, makanan tidak ada yang masak, pakaian kotor tidak tercuci-cuci…..
Kalau anak sakit, dengan sangat terpaksa Saya harus tetap kerja, syukur Alhamdulillah suami bisa kerja dari rumah sambil mengawasi si kecil, jadi kita tidak kehilangan waktu kerja..keluarga lain bisa telpon ibu atau bapak atau mertua atau kakak atau ipar lainnya.
Kadang kalau Saya lagi ‘bengong’ sendiri, suka takjub juga melihat ke belakang sepak terjang si Eneng ini ‘surviving‘ di Amerika.
Ah…ternyata benar juga kata -kata mutiara ini: